"Mens sana in corpore sano. Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat. Pepatah ini sering kita dengar, tapi tidak pernah kita pahami," ujar psikolog sosial, Elizabeth Santosa yang akrab disapa Lizzie, dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (19/5).
Jika didalami, kata Lizzie, rangkaian kata ini memiliki makna yang dalam. Menurut banyak penelitian, tubuh aktif bergerak memang memicu pertumbuhan kognitif dan psikologi yang baik.
Salah satu hasil yang dipaparkan Lizzie adalah penelitian dari Trimbos Institute. Studi tersebut bertujuan untuk mendeteksi korelasi antara olahraga dan kesehatan mental pada 7.000 remaja usia 11-16 tahun.
"Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa remaja yang gemar olahraga dapat memancarkan citra diri yang positif dan kemampuan sosial yang baik," kata Lizzie.
Sayangnya, di era modern ini anak-anak dan remaja lebih memilih untuk bermain games di gadget ketimbang melakukan aktivitas fisik.
"Selain ada manfaat berupa kognitif yang lebih maju, aktivitas fisik dan olahraga itu membuat orang berinteraksi, seperti bermain sepak bola. Tidak mungkin mereka kerja sendiri. Pasti kerja sama tim. Mereka jadi mudah bersosialisasi dan percaya diri," tutur Lizzie.
Selain itu, era digital juga membuat banyak remaja tertekan. Di antaranya adalah tekanan untuk tampil sempurna di berbagai media sosial.
"Foto profil itu semua pakai aplikasi yang menghilangkan jerawat, bikin kulit kelihatan mulus, segala macam. Apa kita mau anak-anak kita tumbuh jadi orang yang tidak percaya diri? Ini adalah keprihatinan," ucap Lizzie.
Menurut Lizzie, jika sudah terbiasa bersosialisasi, seorang anak tak akan takut tampil apa adanya.
Selain itu, media sosial juga dapat membuat anak tak percaya diri menjadi mudah tertekan. Hal ini juga dapat ditanggulangi dengan aktivitas fisik.
"Menurut penelitian oleh Nicholson dan kawan-kawan pada 2007, aktivitas fisik berkorelasi negatif dengan depresi. Artinya, semakin banyak aktivitas fisik, semakin rendah kemungkinan depresi," ujar Lizzie menjelaskan.
Lizzie lantas menjabarkan bahwa hal ini dapat terjadi karena saat melakukan aktivitas fisik, tubuh memproduksi hormon-hormon tertentu yang menangkal stres.
"Saat berolahraga, tubuh memproduksi hormon serotonin, yaitu feel good hormone seperti saat setelah berhubungan seks dan endorfin yang merupakan obat antidepresan," papar Lizzie.
Rajin berolahraga juga memiliki efek domino, yaitu mengurangi kemungkinan penganiayaan antar anak. "Anak yang depresi ada dua kecenderungan, yaitu mem-bully atau di-bully. Dengan olahraga, ada banyak hal yang bisa dihindari dan diatasi," ucap Lizzie.( cnn indonesia )