Direktur Pengolahan PT Badak NGL PT Pertamina (Persero), Rachmad Hardadi, mengusulkan agar kilang minyak baru dibangun di lahan PT Badak NGL di Bontang, Kalimantan Timur. Ada beberapa alasan mengapa Rachmad mengusulkan itu.
Pertama, menurut Rachmad, aset yang dimiliki Badak NGL adalah aset negara. Sebenarnya, dulu adalah aset Pertamina sebelum menjadi perseroan. Setelah menjadi perseroan, aset-aset Pertamina yang tidak berhubungan bisnis inti, diserahkan kepada negara.
Di sana, katanya, sudah terdapat fasilitas umum untuk kilang minyak, seperti air, nitrogen, dan listrik. "Tinggal connect saja," kata dia di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Minggu 25 Januari kemarin.
Selanjutnya, pembangunan kilang di sana tak perlu lagi membutuhkan anggaran pembebasan lahan. Pasalnya, tanah itu milik negara. Biayanya pun diklaim lebih hemat dibandingkan membuka lahan baru untuk pembuatan kilang minyak.
"Biaya utilisasi itu, 30-35 persen dari total biaya pembangunan kilang. Soalnya, nggak perlu lagi pembebasan tanah dan infrastruktur. Kalau biaya pembangunan satu kilang kapasitas 300-350 ribu itu US$10 miliar, di sana biayanya 60-70 persen dari US$10 miliar," ujarnya.
-viva news-
-viva news-